Langsung ke konten utama

-Cerpen JCDD2 - Cinta yang Tak mungkin



Cinta yang Tak Mungkin
Kali ini aku melihatnya lagi, wajah nya tampak berseri sekali.  Aku suka wajahnya yang seperti itu. Sambil menggendong tas nya, diapun memasuki kelas dan menebar senyum manis nya ke seluruh orang. Akhir-akhir ini aku slalu melihat senyumanya, entah apa yang membuat nya slalu tersenyum seperti itu. Aku tak peduli  yang penting aku bisa menikmati senyuman yang slalu mengembang diwajah nya setiap pagi.
            Namanya Reno, aku suka namanya, aku suka segala hal yang ada pada dirinya. Apapun itu. Dia slalu sukses menghipnotis ku setiap ia lewat di depanku, aku akan terdiam dan mematung bak orang disihir. Aku slalu berharap agar aku dapat menikmati setiap lekuk wajahnya yang tampan setiap hari. Aaaa! Aku suka dia, tapi aku hanya bisa memendam semua rasa ini kepadanya, tak ada satu orang pun yang tau bahwa aku menyimpan rasa yang lebih kepadanya hanya tuhan dan aku yang mengetahui rasa ini. Jika aku diberi kesempatan, bolehkah aku memilikinya tuhan? Tak ada kata lain, selain harapan yang slalu kuucapkan tiap kali melihatmu.
            Kini dia telah menempati tempat duduknya yang tepat berada di depanku. Jantungku kembali bereaksi tak jelas , detakan nya semakin menjadi berkali-kali aku menarik napas untuk mengontrol rasa gugup ku yang berlebihan. Aku terus memandangnya dari belakang. Melihat punggungnya yang tegap dan mengamati setiap gerak-gerik nya dari sini. Itu semua adalah kebiasaanku sejak lama hingga sekarang. Entah apakah dia tahu atau tidak tentang kebiasaan ku ini. Aku memang pengecut besar, yang slalu menguntitnya diam-diam setiap waktu. Biarlah aku menikmati rutinitasku ini, aku sangat menikmatinya.
            Dia berbalik badan. DEG! Aku salah tingkah, dia menatap ku yang memang sedang memperhatikan nya sedari tadi. Jantungku lebih cepat berdetak dari yang sebelumnya. Aku bingung apa yang harus aku lakukan sekarang. Betapa bodoh nya aku saat itu, pasti wajahku sangatlah konyol sewaktu berhadapan dengan Reno.
            Wajahnya kembali menunjukan senyuman yang membuat ku kembali mematung seperti orang bodoh. Lalu Reno pun membuka obrolan hangat.
            “Aqila?”  dia menyapaku, ada berbagai perasaan yang muncul saat dia menyebutkan namaku.
            “I-iya ada apa?” aku gugup! Hanya kalimat pendek seperti itu yang bisa membalas sapaan lembutnya.  
            Dia terdiam, tak lagi menjawab. Berjuta pertanyaan muncul dalam otak ku dan mendesakku untuk menanyakan semua pertanyaan itu kepada Reno. Tapi semua itu tidak aku lakukan.
Reno menghela napas panjang, lalu mulut nya terbuka untuk mengatakan sesuatu.
            “Gak papa, Cuma lagi bete aja temani aku ngobrol ya qil” seakan hatiku melompat sambil berteriak kegirangan  ketika Reno yang mengajaku sekedar untuk mengobrol dan menghilangkan rasa jenuhnya.
            Aku menjawab ajakan nya “Baiklah” senyumku mengembang hingga membuat cekungan manis dipipiku.  
            “Aqilla, kudengar kamu pandai membuat cerpen ya?”
            Aku tercengang kaget, kenapa dia mengetahui ini, padahal aku menyembunyikan hali ini dari semua orang. “Kok kamu tahu Ren?”
            “Aduhh qila, ya pasti aku tau lahh, bukan nya kemarin cerpen mu baru saja di temple di madding ?” 
‘Oh iya kenapa aku bodoh sekali, dia memang mebuatku bodoh saat akusedang berhadapan dengan nya. Aku benar- benar lupa soal itu’ gumamku dalam hati.
“Astaga aku lupa, aku memang memutuskan untuk menempel cerpenku  dimading untuk yang pertama kali, awal nya aku Cuma iseng ehh ternyata cerpenku dianggap bagus dan boleh ditempel di madding” jawabku.
“Loh! Kenapa baru pertama kali?”
“Aku takut cerpenku dianggap tidak bagus” Aku menjawabnya ragu. Raut wajahnya berubah, Reno menepuk pelan pundaku. Tangan nya terasa nyaman saat menyentuh pundak ku.
“Apa salah nya untuk mencoba qila, tidak seharusnya kamu ragu untuk melakukan sesuatu kamu harus yakin terhadap suatu hal yang memang itu terbaik untuk kamu. Menurut pendapatku, cerpenmu bagus ko. Aku suka!”  tangan nya masih menempel di pundaku. Dia menasihatiku dan memberiku semangat dia sangat peduli denganku bahkan dia juga menyukai cerpenku. Aku senang dia memberi perhatian seperti itu padaku.
Mendadak mata kita saling bertemu, menatap satu sama lain dalam waktu yang lama hingga akhirnya genggaman nya pada pundaku melemas hingga akhirnya terlepas dari pundak ku. Padahal aku berharap tangan nya akan lebih lama lagi berada di pumdaku dan aku akan merasakan kehangatan tangan nya.
“Thanks Ren, kamu udah nasihatin aku” ucapan terima kasih pun tak tertahankan lagi untuk diucapkan.
“Iya sama-sama, aku dukung kamu terus kok” ucap nya sambil menunjukan senyuman itu kembali, senyuman yang masih sama dari sebelum-sebelum nya.
Bel masuk berbunyi, Sial! Kenapa waktu tak mendukung kedekatanku dengan Reno pagi ini. Bisakah waktu berhenti sejenak agar aku bisa berlama-lama dengan nya. Reno kembali, ketempatnya semula tanpa pamit. Kini aku hanya menatap punggung nya dan memperhatikan setiap gerak-geriknya kembali.
Aku berjalan menelusuri gedung sekolahku yang cukup luas melewati beberapa siswa yang tengah melepas lelah setelah beberapa jam berkutat dengan buku pelajaran nya masing-masing. Diam-diam aku mencari Reno sosok nya telah keluar kelas lebih dulu sebelum aku. Nampak nya dia sangat terburu-buru sekali, aku berusaha untuk tidak peduli kepadanya dan seolah-olah bersikap  tidak perhatian kepadanya tapi hal itu nampak nya sulit sekali.
            Kini aku telah sampai digerbang sekolah tapi apa daya aku tidak bertemu dengan Reno , hampir seluruh lingkungan sekolah telah di telusuri tapi aku tak menemukan nya sama sekali. Aku sudah lelah, mungkin dia benar-benar sudah pulang. Akupun memutuskan untuk pulang.
            Selama perjalanan pulang, aku tak henti-hentinya memikirkan Reno pikiranku tak pernah sedikit pun berhenti untuk memikirkan nya. Sosokmua slalu menjadi hal yang wajib untuk dipikirkan. Kini aku benar-benar jatuh cinta pada Reno. Kamu berhasil membuatku jatuh cinta, tapi aku hanya memilih untuk  diam  dan tak menunjukan sedikit tindakan yang menunjukan bahwa aku jatuh cinta padamu. Aku cukup bahagia saat ini, walaupun aku hanya sekedar mengagumi mu  aku tetap  merasakan  sebuah kebahagiaan yang luar biasa.
‘Andai kamu tahu perasaanku yang sebenarnya, apakah kamu tahu? aku slalu memikirkan mu setiap saat. Apakah kamu juga melakuan hal yang sama sepertiku Ren?’ gumamku dalam hati.

            Esoknya, aku masuk kelas tidak seperti biasanya. Pukul 06:45 aku baru saja sampai di sekolah. Biasanya aku sampai di sekolah pukul 06:30 tapi kali ini aku kesiangan semalaman aku tidak bisa tidur, karena aku slalu memikirkan Reno. Entah kenapa? Sosok nya slalu menghantuiku setiap malam dan membuatku sulit tidur. Mungkin ini hanya gejala jatuh cinta biasa. Kenapa Reno membuatku semakin bodoh.
            Segera saja aku duduk di tempatku seperti biasa. Aku melihat Reno dia tampak serius  berkutat dengan buku-buku fisika nya. Aku tahu benar tentang Reno, dia tidak begitu mahir dalam materi fisika yang diajarkan pada bab ini. Sehingga dia serius belajar dan tidak menghiraukan kedatanganku. Aku maklumi.
            Hingga akhirnya bel masuk pun menyadarinya akan kedatangan ku.
“Hai aqila! Kapan kamu datang?” ucapnya
“hmm 20 menit yang lalu” ucapku tak menghilangkan senyuman untuknya.
“Maaf aku tidak tau”
“Gak papa kali, santai aja..”   
“Aku lanjut belajar yaa.” Ucapnya sambil membalikan badannya, tanpa menunggu persetujuanku terlebih dulu. Ternyata aku mengetahui sesuatu hal yang baru dari nya yaitu, wajahnya yang begitu menggemaskan ketika sedang serius.
Padahal aku sangat ingin sekali menanyakan hal tentang kemarin,Tapi ku urungkan niatku tersebut. Aku tak boleh terlalu peduli kepadanya, toh! Dia bukan siapa-siapa ku. Tapi tetap saja aku tidak bisa. Rasa peduli ini tak bisa sedikit saja ku sembunyikan. ‘maaf jika aku yang terlalu terobsesi kepadamu karna kamu yang sudah menjadi bagian dalam hidupku yang menempati ruang kecil di hatiku’
Waktu istirahat pun tiba, perutku sangat lapar karena pagi tadi aku belum sempat sarapan. Kurogoh saku bajuku mengecek apakah ada beberapa lembar uang atau tidak didalamnya. ‘Sial! Aku lupa meminta uang saku kemamah! Gimana nih perut ku laper banget’ gumamku dalam hati.
“Aqila kamu gak ke kantin” ucap Reisa salah satu teman dekat ku.
“hmm engga deh, kamu duluan aja”
“Bener nih? Oke aku duluan ya..” ucap nya sambil berlalu.
Apakah jatuh cinta membuat ku sesial ini? Ya Tuhann.. kenapa hari ini aku sial sekali. Perut ku semakin keras saja mengeluarkan bunyi-bunyi yang hanya dapat didengar oleh ku. Aku menaruh kepala ku diatas meja, menahan rasa lapar yang semakin menjadi. Ku lirik Reno yang masih sibuk memandangi buku-buku fisika nya. Aku mendengus kesal, tak bisakah dia mengajak ku ke kantin dan mentraktir ku? Ahh itu hanya imajinasi ku mungkin tidak dapat terjadi. Reno tidak mungkin melakukan hal semacam itu.
“Ekhem” suara itu menghancurkan lamunanku. Ku lirik sumber suara itu, ternyata Reno.
“Ah! Ada apa, kamu mengagetkan lamunanku”
“Maaf. Mau ke kantin? Aku laper nihh” Aku tak menyangka khayalan menjadi kenyataan.
“Hmm, tapi..”
“Aku traktir dehh”  Dia baik sekali hari ini.  Aku mengangguk pelan.
Aku sangat tertolong sekali, perut ku akan berteriak bahagia karna mendengar kabar gembira ini. Perut ku akan segera terisi. Ternyata Keberuntungan telah datang kepadaku.
“Mau makan apa?” ucapnya ketika sesampainya di muka kantin yang begitu ramai.
“Terserah. Kan kamu yang bayarin”
“Baso mau?” aku hanya mengangguk.

Aku memandangi nya dari sini, dia berjalan menuju gerobak baso yang tak begitu jauh dari tempat ku memandangnya. Entah apa yang membuatku begitu nyaman ketika memandangi mu diam-diam.  Slalu muncul perasaan yang tak bisa ku jelaskan satu persatu  ketika sedang mengamatimu, entah itu perasaan senang atau apalahh aku tidak mengerti. Yang jelas aku sangat menikmatinya. Kini pandangan kita bertemu, dia melempar senyum kepada ku. Betapa indah nya senyuman itu, lalu ku balas dengan senyumanku lagi. Dia berjalan mendekatiku sambil membawa dua mangkok baso yang tengah mengepul hangat diwajah nya. Diletakan nya dua mangkok itu di atas meja dan bergegas duduk dihadapan ku. Kini aku bisa memandangi wajah nya dengan jelas.
“Kenapa ngelamun terus, ayo dimakan” suara nya membuyarkan lamunanku,
“Iya, makasih ya Ren udah traktir aku makan baso. Kamu tau banget aku lagi tidak ada uang”  Raut muka nya terkejut.
“Ha? Memangnya kamu gak dapet uang saku qil?”
“Yahh..”
“Aish ko bisa?”
“Kamu tau kan Ren, tadi pagi aku kesiangan aku lupa bawa dompet uang saku ku ada di situ” dia terkekeh entah apa yang membuat nya tertawa seperti itu.
“Hhh kamu ini kenapa bisa sampai kesiangan gitu sih”
Aku melahap baso terakhirku sambil berbicara “Yaa aku tidakk bwisa tidur” dia tertawa lagi.
“Telan dulu baso nya baru ngomong, kan jadi belepotan.”  Ucapnya sambil berdiri untuk mengambil secarik tissue  di hadapan nya dan mengelapkan sisa makanan yang keluar dari mulutku. Dia mengelap pelan tissue itu di sekitar mulutku . Aku memandang wajah nya yang begitu dekat dengan wajahku, aku bisa merasakan deruan napasnya yang begitu berat. Kini mata nya tak lagi terfokus pada tissue itu, tapi sekarang mata nya telah memandang ku. Tatapan nya penuh arti, aku memandang dalam-dalam mata itu. Mencari apakah ada sebuah rasa yang sama seperti rasa ku saat menatapnya. Dia terhenti sejenak, menatapku lebih dalam dan akhir nya dia menghembuskan napas panjang lalu mengalihkan wajah nya dari wajahku.  Dia kembali duduk menghabiskan sisa baso nya yang belum sempat ia habiskan.
Aku hanya bisa diam, berharap dia juga merasakan sebuah rasa yang sama  seperti ku tadi sehingga membuat nya salah tingkah. Tapi aku hanya bisa berharap.
“Kamu sudah selesai kan Aqila. Ke kelas lagi saja yuk” ajaknya
“Ayo” Aku dan Reno pun berdiri, lalu berjalan menuju kelas.

Aku kehilangan jejak mu lagi, kamu menghilang lebih cepat dari kemarin.Aku mencarimu lagi seperti kemarin, dan sama seperti kemarin aku tidak melihatmu lagi.  Ku pikir sekarang aku bisa mengulang kejadian saat jam istirahat waktu itu, tetapi kamu menghilang lagi. Aku akan sangat bahagia sekali kalau saja kamu bisa mengantarku pulang. ‘Apakah kamu tidak ingat bahwa aku tidak mempunyai uang saku Reno? Aku pulang naik apa?’ Gumamku dalam hati.
Pundaku di tepuk pelan, entah siapa yang melakukan itu. Aku menoleh kesamping melihat tangan yang menepuk pundaku tadi lalu berlanjut melihat wajah nya
“Reno?” mulutku yang menganga segera ku tutup. Wajahnya menampilkan senyuman itu lagi.
“Kamu belum pulang? Sedang cari siapa” kenapa dia bisa mengatahui bahwa aku sedang mencari seseorang.
“Ah! Engga ko , gak nyari siapa-siapa”
“Bener? Yaudah mau pulang bareng aku bawa motor, aku antar dehh”  Lagi-lagi khayalanku menjadi nyata .Tak terbayang adegan romantic seperti apa yang akan aku perankan saat aku berbocengan dengan nya nanti.
“Nanti ngerepotin kamu Ren” jawabku munafik, padahal aku sangat ingin menerima tawaran nya itu.
“Kamu mau pulang naik apa qila? Bukan nya kamu ga ada uang saku. Udah deh ayo naik aja” tangan nya menarik ku. Kini tangan ku digenggam oleh tangan nya yang dingin. Mata ku tertuju pada tanganku yang sedang digenggam nya itu. Lalu aku pun melihat mata nya , mata kita saling bertemu lagi. Dalam beberapa detik Reno mengerjap dan memalingkan pandangan nya ke arah lain. Entah kenapa matanya tak ingin menatap mataku lagi.
“Mau naik nggak” tawarnya sekali lagi aku membalasnya dengan sekali anggukan dan muka datar ku. Lalu aku menaiki motor maticnya dan menempatkan ku pada posisi yang nyaman. Reno kembali memutar kunci motornya, lalu berlalu meninggalkan sekolah.
Selama perjalanan tak ada pembicaraan yang muncul dari mulutku maupun Reno. Kita membisu.Semua nya sibuk dengan pikiran masing-masing. Entah karena kejadian tadi atau Reno yang kesal karena terlalu lama untuk sekedar membujuku agar menaiki motornya. Entahlah, aku menjadi sangat bersalah padanya
Tiba-tiba lamunan ku buyar. Reno mendadak menekan rem nya. Aku reflek merangkul pinggang nya agar aku tidak terjatuh. Tanganku merangkul nya erat-erat sampai tak sadar aku telah menggenggam erat seragam nya hingga lusuh.
“Sorry ada yang nyelip tiba-tiba aku kaget jadi ngerem mendadak. Maaf ya” ucapnya sambil menjalankan kembali motornya, wajah nya sedikit memerah mungkin karna emosi nya naik.
“Iya gak papa aku ngertiin ko”
“Bagus kalo gitu kamu gak papa kan?”
“Enggak papa kok , kamu?”
“Gak papa, Cuma kaget aja”
“Iya sama aku juga”
“Untung aja gak papa “

Suasana yang sedari tadi sepi, kini berubah. Dia terus mengajak ku mengobrol, aku terus menanggapinya walaupun suara nya tidak jelas karna beradu dengan suara kendaraan lain yang berisik, tak apalah yang penting aku bisa mengobrol dengan nya lagi.
Reno membelokan stir nya memasuki sebuah gang. Hampir satu belokan lagi rumahku akan terlihat. Aku tak sadar, lenganku masih nyaman merangkul pinggangnya. Tak ada sedikitpun penolakan dari Reno sedari tadi. ‘Apakah dia merasakan nyaman, disaat – saat seperti tadi? Ku harap, iya’ gumam ku sendiri.
Motornya tiba-tiba berhenti, perlahan rangkulan ku pada pinggang nya merenggang dan akhirnya terlepas. Aku melihat sekeliling rumah bercat putih itu. Kemudian aku turun dari motor dan membenarkan tatanan rambutku.
 “Gak usah dirapihin lagi juga udah cantik ko” tangan nya menyentuh lembut rambutku lalu mengacaknya lembut hingga rambutku makin berantakan karenanya.
“Ih! Apaan sih Ren, rambut aku kan jadi berantakan lagi” rengengku
“Kan aku udah bilang, kamu acak-acakan aja sudah cantik. Jadi gak usah dirapihin lagi.” Ucapnya membuatku mengulum senyum diam-diam.
“Sejak kapan kamu mulai gombal” aku terkekeh.
“Sejak tadi” Reno pun ikut tertawa. Hari ini dia telah sukses membuatku melayang beberapa kali. Aku harap kamu tak pernah menjatuhkan aku lagi.
“Ah dasarr!” ucapku sambil menarik hidung nya sampai memerah.
“Aww! Sakit taukk” ucapnya meringis kesakitan. “Udah masuk gih, aku pulang duluan ya.” Kunci nya kembali di putar mesin motornya oun kembali berbunyi.
“Ati– ati Ren” ucapku sambil melambaikan tangan sat dia berlalu meninggalkan ku. Akupun membalik badan dan berlari memasuki rumah.
Aku menutup pintu kamarku lalu menghempaskan tubuhku diatas kasur yang membuatku beberapa kali terguncang. Senyumku lagi-lagi mengembang, jatuh cinta memang indah sekalipun hanya mencintainya dam-diam. Tapi aku tetap merasakan rasa senang nya. Sikapnya kepadaku begitu manis. Aku diperlakukan seperti kekasih nya sendiri, kau beri perhatian , sentuhan lembut dan kenyamanan yang begitu membekas. Apakah aku boleh berprasangka bahwa kamu memilki perasaan yang sama sepertiku ? Semua itu telah cukup menunjukan tanda-tanda adanya perasaan mu kepadaku.
Aku bangkit  menuju meja belajarku kemudian mengambil buku diary ku dilaci lalu duduk sambil melamun aku memikirkan mu. Aku memikirkanmu setiap saat, meningat setiap kejadian indah, lalu mencatat nya dalam buku bersampul merah muda ini. Aku merangkainya menjadi cerita.Jika novel ku dinovelkan mungkin akan terbagi lebih dari 10 bab. Buku ini adalah saksi kisahku dari awal hingga aku memilih untuk jatuh cinta diam-diam kepadamu. Begitu banyak perasaan jika aku membacanya dari awal. Semua perjuanganku tampak jelas tergambar menjadi perpaduan kisah yang indah.
Aku masih ingat,dulu kau begitu mengacuhkan kehadiran ku, kamu berusaha menghindar agar tidak mengenalku. Aku slalu mengejarmu selagi aku masih bisa. Tapi kamu selalu menjauh. Betapa bodoh nya aku saat itu, mengejar seseorang yang tak pernah melirik ku sedikit pun. Tapi itulah cinta yang mampu membuat siapa saja menjadi bodoh saat mengenal apa itu cinta. Dulu dia tak pernah sedikitpun senyum  pada ku. Kamu tak pernah menyapaku, tapi sekarang? Kamu slalu menyapaku tiap pagi. Entah apa yang membuat seorang Reno berubah drastis dari sikap dulu nya. Aku tak peduli yang terpenting aku bisa menikmati hari-hari ku bersamanya, aku menganggap semua ini adalah buah dari perjuangan ku dulu. Walaupun tak ada status yang tercantum, dalam hubungan kita selama ini. Kau hanya meganggapku seorang teman dekat. Iya, hanya teman tidak lebih.
            Pukul 06:00 pagi aku sudah duduk ditempat ku seperti biasa. Tak banyak orang yang sudah datang. Kelas ini masih kosong, hanya aku yang sudah datang. Aku menunggu sosok Reno datang, seharusnya dia sudah datang tapi kenapa belum juga datang. Untuk mengusir rasa jenuh ku, aku mengambil buku diary. Menuliskan semua curahan hati yang tak pernah ku ungkapkan sedikitpun ke orang lain. Sesekali aku melihat pintu untuk memastikan apakah Reno sudah datang atau belum. Apakah dia sakit? Terjebak macet? Kesiangan?. Aishh aku sangat khawatir sekali. Perasaanku mulai resah, aku takut ada sesuatu yang terjadi padanya, 10 menit lagi bel masuk berbunyi.
            Setelah beberapa menit aku menunggu, rasa khawatirku mulai reda. Aku melihatnya sedang berlari menuju kelas. Wajahnya tampak pucat sekali,kembali rasa khawatir ku muncul. Dia telah memasuki kelas dengan wajahnya yang tak seceria kemarin.
            “Ren, kamu gak papa?” Tanyaku khawatir.
            “hah hah… iyahh aku gak papa hah” jawabnya dengan nafas yang masih tersengal-sengal.
            “T-tapi muka kamu pucet Ren”
            Reno diam tak menjawab lagi. Kenapa dia? Hatiku merasa ada yang mengganjal.
            Tiba-tiba saja bel masuk.
            Akhirnya istirahat juga, aku melirik Reno wajah nya masih pucat. Aku memutuskan untuk menghampirinya.
            “Kamu sakit” ucapku sambil menempelkan telapak tangan ku di dahinya.
            “Aku kan udah bilang. Aku gak apa-apa aqila!!!!” jleb.Dia ngebentak aku. Dia marah,mungkin memang tak seharusnya aku berlebihan seperti itu.
            “maaf” aku berlari meninggalkan kelas, air mata ku mengalir dengan deras. Tak henti-henti nya aku menyeka air mata. Entah kemana aku ingin berlari, aku bingung. Aku hanya mengikuti kaki ku berlari. Kini aku tak lagi berlari. Aku berhenti di taman belakang sekolah yang sangat sepi. Aku duduk di kursi.
            Bodoh! Aku memang sangat bodoh. Menunjukan rasa peduliku yang berlebihan padahal aku bukan siapa-siapa nya. Aku memang salah , aku menatap seseorang yang tidak menatapku juga. Kini aku mengerti, aku tak harus mengungkapkan perasaan ini, Karena aku… sudah tau jawaban apa yang akan kamu ucapkan. Dia tak merasakan apa yang aku rasakan. Aku tahu Ren. Kamu yang slalu kuharap akan menjadi masa depanku, ternyata harapanku salah ren. Kamu bukan masa depanku.
            Aku menyeka air mataku. Lalu kembali berdiri menuju kelas. Perasaanku masih berantakan. Sebenarnya aku ingin pulang, menangis dipojokan kamar. Itu akan membuatku membaik daripada harus kembali ke kelas dan bertemu dengan Reno lagi. Itu akan membuatku kembali mengingat bentakan yang dia lontarkan tadi. Dan merasakan sakit nya lagi. Kini aku sudah didepan kelas. Aku melirik ke meja nya. Tidak ada? Kemana dia. Tas nya pun tak ada. Apakah dia pulang.
            “Reisa, Reno kemana?” tanyaku pada reisa saat dia hendak keluar.
            “Kamu gak tau qil?” aku menggeleng. “Dia barusan pingsan, trus dibawa ke ruang UKS te..” ucapan nya kupotong
            “Terus dia dimana?”
            “Makanya dengerin dulu dong. Terus dia sadar lalu langsung pulang”
            “Pulang?” Reisa mengangguk. “Makasih ya”
           
            Sebenarnya Reno sakit apa sih? Walaupun kamu sudah membentaku. Aku tetap saja masih perhatian pada mu Reno. Aku tak peduli betapa sakit nya mencitaimu seperti ini. Tapi jujur saja, aku masih tetap mencintaimu. Walaupun rasanya sakit.
            Setelah bel pulang, aku menanyakan beberapa hal tentang Reno pada teman dekatnya. Aku sangat khawatir Ren. Apakah kamu baik-baik saja?
            “Dio!” sapa ku saat dia hampir saja menjalankan motornya untuk meninggalkan kelas.
            “Ada apa?” jawabnya jutek.
            “Kamu deket sama Reno kan”
            “Yaa” jawabnya singkat.
            “Kalau aku boleh tau, Dia sakit apa?”
            “Aku tidak tahu tentang penyakitnya, dia tidak pernah menjawab pertanyaan ku tentang penyakitnya itu”
            “Dia punya penyakit?” Dio mengangguk. “Kamu tahu rumah nya?” aku memutuskan untuk pergi kerumah nya, dia mengasih alamat Rumah Reno.
            “Kalau boleh tau, kamu suka sama Reno??” Tanya nya penuh tanda Tanya. Aku terkejut, mendengar pertanyaan nya itu.
            “Ahh.. engga kok” ucapku kebingungan.
            “Lalu… kenapa kamu menangis saat Reno membentak mu waktu istirahat?” pertanyaan nya semakin membuatku bingung.
            “A-aku gak nangis” matanya menyipit, seperti menyelidiki sesuatu. “Yaudah, makasih ya” akupun segera pergi dari hadapannya menuju Rumah Reno.
           
            Dalam perjalanan menuju rumah Reno, aku merasaka seusuatu yang tidak enak. Hatiku seperti ,merasakan apa yang dia rasakan. Ah.. tapi tidak mungkin. Mana mungkin aku merasakan hal yang sama dengan Reno.
            Akhirnya, alamat Rumah Reno yang diberi Dio telah ku temukan. Ku pandangi sejenak Rumah tersebut. Sebuah rumah yang menurutku , tempat tinggal orang kaya. “Aku gak salah alamat kan” kupandangi lagi alamat yang ditulis dikertas. Akhirnya akupun berjalan mendekati pagar. Kutekan tombol bel nya. Tak lama kemudian muncul seorang ibu-ibu yang menyampirkan lap di pundaknya, pasti ini pembantunya.
            “Maap  neng nyari siapa?”
            “hmm, saya nyari Reno dia ada dirumah?”
            “nggg anu neng, Mas Reno masuk rumah sakit”Sebenernya Reno sakit apa sihh.
            “Masuk rumah sakit? Dia sakit apa bu”
            “Sebaiknya neng, kerumah sakit aja sekarang” wajah nya penuh dengan rasa ketakutan. Ibu itu memberi alamat Rumah sakit nya. LAngsung saja aku menyetop taxi.
            Apa mungkin, Reno punya penyakit. Sakit apa? Separah apa? Bukankah kamu tak pernah mengalami sakit seperti ini. Kamu selalu ceria, tersenyum , tertawa bersama. Tapi sekarang? Seperti ada yang merenggut semua kebahagian mu Reno. Dimana, dimana kamu yang kemaren. Tak disangka , aku meneteskan air mata lagi.  Aku menyeka air mataku. Taxi yang aku tumpangi telah berhenti didepan Rumah Sakit tempat Reno dirawat. Aku menghela napas panjang, berharap tak akan terjadi apa-apa pada Reno. Aku berjalan menelusuri papan nama yang terpajang di atas pintu-pintu setiap kamar dirumah sakit ini.Aku mencari ruangan reno dirawat. Yah aku menemukan nya. Ku percepat langkah ku agar aku bisa cepat bertemu dengan nya. Aku tidak membawakan sesuatu untuknya. Aku sangat Lupa. Mungkin besok aku akan membawakan sesuatu.
            Siapa, seorang yang ditutup kain putih itu. Bukan kah ini ruangan Reno? Ini memang ruangan Reno. Aku diam mematung, aku merasa tak ada lagi yang bisa kuperbuat. Aku tak sanggup lagi untuk berdiri. Cubit aku tuhan!pukul aku! Sadarkan aku dari mimpi buruk ini , Sadarkan aku!
            Aku menghampiri, seseorang itu. Aku ingin memasktikan bahwa ini hanyalah mimpi bukan kenyataan. Aku membuka kain penutupnya. Pelan-pelan aku melihat jelas wajahnya.Dan ternyata,itu memang benar Reno.  Kenapa Tuhan melakukan ini! Tuhan memang tidak adil kepadaku, kenapa Tuhan tidak mengizinkan aku untuk bersamanya kenapa Tuhan mengambil nya. “Renoooo!” aku memeluknya, ini pertama kali nya aku memelukmu ren. Air mataku deras mengalir membasahi pipiku. Aku menangis sejadi-jadinya. Hingga akhirnya, aku merasakan ada seseorang yang menepuk pundaku. Aku menoleh, seorang wanita tua, tengah berdiri disampingku. Entah itu siapa.
            “Kamu Aqila?” aku mengangguk. “Saya mamahnya Reno,dia slalu cerita tentang kamu qila” air matanya hampir jatuh, matanya berkaca-kaca hingga akhirnya diapun menangis juga. “Tante gak nyangka kenapa Reno ninggalin kita secepat ini”
            “Aku juga gak percaya tante, padahal aku baru saja dekat dengan Reno”
            “Dua tahun yang lalu, Reno mempunyai tumor diotak nya, itu yang membuatnya tidak ingin mengenal siapapun dikelasnya termasuk kamu. Reno menjauh, dari semua temannya disekolah maupun dirumah, hingga akhirnya Reno dioprasi dan dia dinyatakan sembuh, Tante bisa bernafas lega saat itu. Dia mulai bergaul dengan teman nya, termasuk bisa dekat dengan kamu.Tapi akhir-akhir ini, dia sering merasa kesakitan dan pusing, Tapi dia memaksakan untuk kesekolah lalu akhirnya dia pingsan ditengah pelajaran dan langsung dilarikan kerumah sakit,Dan akhirnya dia harus meninggalkan kita untuk slama-lamanya.” Air matanya terus mengalir. Entah, apa yang harus saya perbuat selain menangis. Haruskah aku mengikhlaskan kepergian nya?
            Hari ini hari pemakaman nya, jika aku boleh meminta. Bisakah kau menghidupkan nya lagi Tuhan? Aku belum mengungkapkan perasaanku. Cintaku dibawa mati oleh nya.
            “Ren kenapa kamu pergi secepat ini? Aku gak nyangka akan mengalami hal seperti ini. Bukankah kita baru saja berkenalan Ren? Tetapi kau langsung pergi begitu saja. Tapi ada hal yang harus kamu tau, bahwa aku cinta pada mu, aku yang slalu mengamati mu diam-diam dari belakang dan mengamati setiap gerak-gerikmu, hingga akhirnya aku memilih untuk jatuh cinta diam-diam padamu. Tapi kau malah memilih pergi diam-diam”
            Mungkin, ini yang terbaik. Agar kita tidak sama-sama merasakan sakit. Tuhan memang tidak mentakdirkan kita untuk bersama. Cinta ini, memang cinta yang tak mungkin.

POPULER

NEGARA LAOS Disusun oleh : 1. Ainiyyah Fatin                            2. Lian Apriani                            3. Rurry Dwi Lestari SMP NEGERI 16 CIREBON KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah swt .   Karna berkat rahmat dan hidayahnya akhirnya makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas Pelajaran IPS Terpadu Semester II. Teknik penyusunan dibuat ringkas, padat , proposional dan mudah dipahami dengan dilengkapi gambar dan foto sebagai penjelas bagi materi yang disajikan. Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih ada kekurangan dan kelemahan, oleh sebab itu kami menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk memperbaiki makalah ini.           Kami mengucapkan terimakasih kepada semua anggota kelompok yang telah ikut membantu menyelesaikan makalah ini. Mudah-mudahan penulisan makalah ini ada manfaatnya khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.        

Berbisnis Dengan Mudah Bersama Sakoo

Mengelola Toko Online  Bisnis online sudah bukan hal yang sulit lagi untuk dilakukan oleh berbagai kalangan. Bahkan, saat ini golongan usaha kecil menengah (UKM) sudah beralih mengembangkan bisnis mereka secara online. Hal ini disebabkan karena semakin berkembangnya teknologi, manusia semakin mencari solusi termudah di setiap permasalahan, termasuk dalam memenuhi kebutuhannya secara online. Sebagai pelaku bisnis, kalian harus memanfaatkan kesempatan ini untuk mengembangkan bisnis kalian. Terutama jika kalian memilki banyak toko di berbagai cabang, membuka toko online akan menjadi solusi kalian dalam mengelola toko. Namun, memiliki banyak cabang pada toko online seringkali menimbulkan permasalahan seperti, jumlah stok yang tidak sesuai, biaya staff untuk operasional toko dan masih banyak lagi. Tapi, kalian tidak perlu khawatir lagi. Berbicara tentang pengelolaan toko online, saat ini sudah ada sebuah platform yang bisa memudahkan kalian dalam memanage toko online secara